Mitos HIV dan Fakta yang terjadi

Jumat, Oktober 28, 2011 0 Comments A+ a-

Selama hampir 30 tahun fenomena HIV dan AIDS selalu diselimuti banyak mitos dan kesalahpahaman. Kesadaran masyarakat dan pengetahuan tentang bahaya HIV & AIDS belum sepenuhnya terbentuk karena kurangnya informasi yang benar seputar HIV dan AIDS. Selain itu, sumber-sumber informasi tentang HIV dan AIDS di masyarakat sangat terbatas, bahkan banyak diantaranya yang belum dibuktikan secara medis serta tidak didukung dengan data-data yang valid atau fakta yang nyata.

Mitos dan Fakta seputar HIV & AIDS

Mitos adalah pemahaman yang muncul dimasyarakat berisi berita atau informasi yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak terbukti kebenarannya. Dalam beberapa kasus, mitos atau pandangan yang keliru dapat mendorong perilaku yang menyebabkan lebih banyak orang untuk menjadi HIV positif. Mitos-mitos tentang HIV & AIDS itu mengembangkan kesan buruk atau cap negatif (stigmatisasi) dan pada akhirnya berubah menjadi perlakuan yang diskriminatif terhadap orang dengan HIV & AIDS (ODHA). Sayangnya mitos-mitos yang sudah terlanjur beredar di masyarakat tetap dipelihara dan diajarkan secara amat radikal bahkan dibalut dengan aturan moral keagamaan. Berikut ini beberapa mitos dan fakta tentang HIV & AIDS:



Mitos: HIV itu adalah AIDS

Fakta: HIV tidak sama dengan AIDS. HIV adalah sejenis virus yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh. AIDS adalah kumpulan gejala dan penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh karena virus HIV.

Jadi HIV adalah virusnya dan AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus HIV.

Catatan: Semua orang yang terkena AIDS pasti disebabkan oleh virus HIV tetapi tidak semua orang yang terserang virus itu akan mengalami AIDS. HIV dapat tinggal dalam tubuh seseorang tanpa menampakkan gejala sakit dan tampak segar.

Mitos: Seseorang yang terkena HIV dapat dilihat dari penampilannya

Fakta: Kita tidak dapat mengetahui seseorang dengan HIV dan AIDS (ODHA) hanya dengan melihat penampilan mereka. Seseorang yang terinfeksi HIV bisa nampak sehat dan merasa baik-baik saja namun mereka telah dapat menularkan virus HIV kepada orang lain.

Catatan: Tes darah merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV atau tidak.

Mitos: HIV & AIDS hanya menyerang orang tertentu saja yang selalu dikaitkan dengan Perilaku (kelompok gay, PSK, waria, pengguna narkoba suntik - penasun).

Fakta: HIV tidak diskriminatif. Setiap orang berpotensi terinfeksi HIV. HIV bisa menginfeksi siapa saja yang tidak melakukan tindakan pencegahan. Untuk mencegah tertularnya HIV kita dapat mencegah dengan rumus A B C D E (Abstinence, Be faithful, use Condoms, no Drugs, Education).

Mitos: HIV mudah menular dengan bersentuhan (berpelukan, berciuman, berbagi peralatan, berenang dsb)

Fakta: HIV tidak menular melalui kontak sosial biasa, tetapi penularannya hanya terbatas melalui kontak seksual. Penularan hanya terjadi jika seseorang terkontak langsung dengan darah, cairan mani, cairan vagina dan ASI. Tidak pernah ada bukti bahwa penularan dapat terjadi melalui air mata atau air liur orang yang terinfeksi HIV. Berbagi hidup dengan ODHA tidak akan membuat kita tertular HIV.

Mitos: HIV & AIDS adalah vonis mati

Fakta: Hidup dengan HIV & AIDS bukanlah akhir segalanya. Ditahun 1980-an tingkat kematian akibat AIDS sangat tinggi. Namun kini dengan kemajuan perawatan dan pengobatan/terapi Antiretroviral (ARV) terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup ODHA. Melalui pengobatan yang teratur tidak ada alasan untuk tidak memiliki hidup yang panjang walaupun dengan HIV dan AIDS.

Mitos: AIDS adalah Kutukan Tuhan.

ODHA adalah orang-orang berdosa yang tidak menjalankan perintah keagamaan dengan benar. AIDS adalah suatu hukuman atas perbuatan yang melanggar aturan moral atau keagamaan.

Fakta: AIDS bukanlah kutukan Tuhan. AIDS adalah masalah kesehatan yang berdampak sosial. HIV & AIDS tidak bisa sepenuhnya disebabkan oleh hal-hal yang bersifat moral personal atau yang dikaitkan dengan masalah perilaku (kaum homosexsual, PSK, pengguna narkoba suntik - penasun). Mereka yang perilakunya tidak beresiko atau “dianggap orang baik” justru bisa kena HIV. Ibu rumah tangga yang tertular dari suami, bayi yang tertular dari ibunya, seseorang yang melakukan transfusi darah, tato, tindik, dll.

Catatan: Ada banyak faktor yang ikut menyebabkan penularan HIV & AIDS: Faktor sosial budaya, kurangnya informasi, kemiskinan, dll.

Mitos: Mengasingkan ODHA adalah cara yang efektif dalam pencegahan HIV & AIDS

Fakta: Mengasingkan ODHA bukanlah cara yang efektif dalam pencegahan HIV & AIDS. Tindakan ini justru membuat ODHA merasa distigma dan didiskriminasi. Masyarakat hidup dengan ketakutan dan memiliki rasa aman yang semu atau palsu.

Mitos: HIV bisa ditularkan lewat nyamuk yang telah mengigit ODHA kepada orang lain.

Fakta: HIV tidak bisa ditularkan melalui nyamuk yang telah mengigit ODHA. Virus HIV tidak dapat mereproduksi dirinya dalam tubuh serangga. Tubuh manusia adalah media di mana HIV bisa hidup.

Mitos: Ibu dengan HIV pasti akan menularkan HIV kepada bayi yang dikandungnya

Fakta: Ibu dengan HIV beresiko menularkan ke bayinya sebesar 25%. Namun dengan program pencegahan modern seperti Prevention of Mother to Child Transmission (PMTCT) angka ini bisa ditekan hingga 2 %. Kemungkinan terbesar penularan HIV dari ibu yang terinfeksi kepada bayi yang dikandungnya adalah dari proses persalinan ketika terjadi percampuran darah ibu dengan bayi.

Mitos: Sudah ada obat untuk AIDS

Fakta: Terinfeksi HIV merupakan pengalaman yang sangat menakutkan. Arah dari penyakit ini juga tidak dapat diperkirakan. Terkadang seseorang jatuh sakit hanya dalam beberapa bulan setelah terinfeksi HIV sedangkan yang lain dapat hidup sehat selama 20 tahun atau lebih. Pengobatan juga kadang menjadi sulit dilakukan karena efek samping yang mungkin berat. Tak mengherankan bahwa saat ini banyak orang yang mencoba menjanjikan “obat” untuk AIDS. Sayangnya tak satupun dari “obat “ ini yang berhasil.

Catatan: Obat-obat modern telah berhasil memangkas tingkat kematian akibat AIDS hingga 80%. Namun perlu kepatuhan dalam meminumnya karena harus dikonsumsi setiap hari seumur hidup.

Perkembangan kasus HIV & AIDS telah mendorong perubahan paradigma dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS secara global. Di Eropa Barat, Afrika, Amerika Serikat dan Australia kasus infeksi baru mulai menunjukkan grafik yang mendatar sejak awal tahun 1990-an. Keberhasilan ini bukan karena pengobatan HIV & AIDS tetapi semata-mata karena penduduk disana sudah mengetahui cara-cara pencegahan penularan HIV dengan akurat. Materi HIV & AIDS dalam bentuk komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) sebaiknya juga diberikan sesuai dengan fakta klinis atau ilmiah. Kita dapat belajar juga dari keberhasilan Thailand dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV & AIDS melalui peningkatan peran media sebagai alat pembelajaran bagi masyarakat sebagai pendidik sebaya (peer educator). Kita berharap semoga mitos-mitos yang ada di tengah masyarakat dapat dihilangkan melalui pengungkapan fakta yang sesungguhnya.

terimakasih atas kritik dan saran serta komentarnya yah, :) thanks,...