laporan praktikum monohibrid dan dihibrid
I. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum adalah membuktikan perbandingan menurut Mendel 1:2:1
untuk rasio genotip dan 3:1 untuk rasio fenotip pada persilangan monohibrid serta
perbandingan fenotip 9:3:3:1
II. Dasar Teori
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup adalah kemampuannya
untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian dapat melestarikan jenisnya. Pada
organisme yang berkembangbiak secara seksual, individu baru adalah hasil kombinasi
informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet yang berbeda yang berasal dari
keduaparentalnya.
George Mendel adalah seorang yang telah berhasil dalam percobaan-percobaannya pada
bidang hibridasi. Mendel menyusun beberapa postulatnya, antara lain :
1. Sifat materai herediter berupa benda atau partikel & bukan berupa
cairan/homurai.
2. Sifat tersebut berpasangan.
3. Sifat yang tertutup dapat muncul kembali,artinya sifat yang resesif akan terlihat
ekspresinya dalam keadaan yangtertentu.
1. Persilangan Monohibrid
Dalam hukum mendel I yang dikenal dengan The Law of
Segretation of Allelic Genesatau Hukum Pemisahan Gen yang Sealel
dinyatakan bahwa dalam pembentukan gamet, pasangan alel akan
memisah secara bebas. Peristiwa pemisahan ini terlihat ketika pembetukan
gamet individu yang memiliki genotif heterozigot, sehingga tiap gamet
mengandung salah satu alel tersebut. Dalam inidisebut juga hukum
segregasi yang berdasarkan percobaan persilangandua individu yang
mempunyai satu karakter yang berbeda. Berdasarkan hal ini, persilangan
dengan satu sifat beda akan menghasilkan perbandingan fenotif 1:2:1,
yaitu ekspresi gen dominan resesif = 3 : 1. Namun kadang-kadang
individu hasil perkawinan tidakdidominasi oleh salah satu induknya.
Dengan kata lain, sifat dominasitidak muncul secara penuh. Peristiwa ini
menunjukkan adanya sifat intermedier.
2. Persilangan Dihibrid
Dalam hukum mendel II atau dikenal dengan The Law of
Independent assortmen of genesatau Hukum Pengelompokan Gen Secara
Bebas dinyatakan bahwa selama pembentukan gamet, gen-gen sealel akan
memisah secara bebas dan mengelompok dengan gen lain yang bukan
alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid atau polihibrid, yaitu
persilangan dari 2 individu yang memiliki satu ataulebih karakter yang
berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan dihibrid
adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilakn perbandingan
9:3:3:1. Fenotif adalah penampakan/ perbedaan sifat dari suatu individu
tergantung dari susunan genetiknya yang dinyatakan dengan kata-kata
(misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa, dsb). Genotif adalah
susunan genetik dari suatu inidividu yang ada hubungannyadengan fenotif;
biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda huruf.
III. Bahan
1. alat kancing genetika warna merah, putih, kuning, hijau (@25 pasang)
2. 2 stoples
IV. Cara Kerja
Praktikum I (monohibrid):
1. Pisahkan 25 kancing (warna cerah dominan) menjadi dua bagian masing- masing
terdiri dari 25 buah kancing berlekuk sebagai gamet betina dan 25 buah kancing yang
menonjol untuk gamet jantan.
2. Campurkan 25 kancing merah dan 25 kancing putih sebagai gamet betina dalam
stoples yang sama (stoples I), demikian pula untuk 25 kancing merah dan 25 kancing
putih sebagai gamet jantan dicampur dalam stoples yang lain.
3. Lakukan pengambilan secara acak satu kancing dari stoples I dan 1 kancing dari
stoples II, kemudian pasangkan dan catat macam dan junlah fenotip serta genotip
dalam table.
4. Hitung perbandingan yang diperoleh baik fenotip maupun genotip.
Praktikum II (dihibrid):
1. Pisahkan 25 pasang kancing dari setiap warna masing- masing menjadi 2 bagian yang
sama sebagai gamet jantan (kancing menonjol) dan gamet betina (kancing
melengkung)
2. Campurkan gamet jantan masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih
(m) juga gamet betina masing- masing dari kancing merah (M) dan kancing putih (m)
kemudian pasangkan secara acak (kelompok kancing ini disebut kelompok A)
3. Lakukan langkah seperti point nomer 2 untuk kancing hijau (H) dengan kancing
kuning (h) (kelompok kancing ini disebut kelompok B)
4. Pertemukan setiap pasangan dari kelompok A dan B sampai habis, catat macam dan
jumlah fenotip yang dihasilkan pada tabel.
5. Hitung perbandingan yang diperoleh.
V. Data Hasil Percobaan
Praktikum I (monohibrid):
Genotip
Frekuensi
MM
12
Mm
25
mm
13
Fenotip
Frekuensi
Merah
37
Putih
13
Jumlah
50
Praktikum II (dihibrid):
Fenotip
Frekuensi
Merah hijau
27
Merah kuning
10
Putih hijau
9
Putih kuning
4
jumlah
50
VI. Pembahasan
Praktikum I (monohibrid):
Pada percobaan ini, gamet jantan dan gamet betina dari masing- masing kancing
berwarna dipisahkan, kemudian dikawinkan bebas sehingga bersifat 2n dengan cara
mengambilnya secara acak. Setelah dicermati dengan seksama ternyata hasil dari
pengamatan ini sesuai dengan bunyi hukum Mendel 1 atau hukum pemisahan gen yang
menyatakan bahwa pada saat pembentukan gamet terjadi segregasi alel- alel suatu gen
secara bebas dari diploid menjadi haploid. Perbandingan genotip berdasarkan percobaan
ini MM:Mm:mm adalah12:25:13 atau kira- kira 1:2:1. Sementara perbandingan
fenotipnya merah:putih adalah 37:13 atau hampir setara dengan 1:3.
Parental 1
MM x mm
Gamet
M dan m
F1
Mm
Parental 2
Mm x Mm
F2
MM, Mm, Mm, mm
Perbandingan genotip
MM:Mm:mm = 1:2:1
Perbandingan fenotip
Merah: putih = 2:1
Praktikum II (dihibrid):
Pada percobaan ini, 4 kancing berwarna tersebut menunjukkan individu
monohibrid yang kemudian dikawinkan secara acak menjadi individu dihibrid. Ketika
kami memasangkan kancing- kancing pada langkah kerja nomer 4, maka akan didapatkan
perbandingan fenotip merah hijau: merah kuning: putih hijau: putih kuning adalah
27:10:9:4 atau kira- kira 9:3:3:1. Hasil ini mendukung postulat Mendel pada Hukum
Mendel II yaitu
Parental 1
MMHH x mmhh
Gamet
MH dan mh
F1
MH, Mh, mH, mh
Parental 2
MH, Mh, mH, mh x MH, Mh, mH, mh
F2
MMHH, MMHh, MmHH, MmHh, MMhh, MMhh, MmHh,
Mmhh, MmHH, MmHh, mmHH, mmHh, MmHh, Mmhh,
mmHH, mmhh
Perbandingan fenotip
Merah hijau: marah kuning: putih hijau: putih kuning =
9:3:3:1
VII. Kesimpulan
Praktikum I (monohibrid):
Persilangan monohybrid menghasilkan rasio genotip 1:2:1 sedan rasio fenotipnya 3:1
Praktikum II (dihibrid):
Persilangan dihibrid menghasilkan rasio genotip 9:3:3:1
VIII. Pertanyaan pascalab
Praktikum I (monohibrid):
1. Apakah arti dari masing- masing pasangan kancing pada ke-25 pasangan kancing
yang berwarna merah dan putih sebelum dipisahkan?
Jawab: kancing merah sebagai induk dominan homozigot sementara kancing
putih sebagai induk resesif homozigot
2. Gamet jantan pada generasi apa yang ditunjukkan dengan kancing merah dan
putih pada stoples I?
Jawab: generasi pertama / F1
3. Generasi apakah yang ditunjukkan dengan hasil perbandingan fenotip dan genotip
yang dihasilkan dari pengamatan ini?
Jawab: monohibrid generasi pertama/ F1
4. Bagaimanakah kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawab: terlampir
Praktikum II (dihibrid):
1. Pada waktu dilakukan pemasangan antara kancing merah dan putih, saudara akan
mendapatkan pasangan kancing merah merah, merah putih dan putih- putih
(kelompok kancing A) . Sebenarnya masing- masing pasangan kancing pada
kelompok A menunjukan apa?
Jawab: parental
2. Setiap dua pasang kancing dari kelompok A dan B menunjukkan keturunan kedua
/ F2 dari keturunan pertama/ F1
3. Cara kerja nomor berapa yang menunjukkan peristiwa independent assortment?
Jawab: nomor 4
4. Bagaimana kesimpulan dari pengamatan ini?
Jawab: terlampir